Jayapura-Persekutuan
Gereja-gereja Baptis Papua,Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis
Papua (BPP-PGBP) menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas berbagai
peristiwa kekerasan dan kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Tanah Papua. Kami
pun turut empati atas terbunuhnya beberapa warga sipil dan anggota aparat
keamanan. Pembunuhan manusia dengan alasan apapun tidak dapat dibenarkan dan
juga tidak dapat ditoleransi. Karena, manusia adalah gambar dan ciptaan Allah.
Dalam bulan Agustus ini, kami menyaksikan beberapa
Peristiwa kejahatan kemanusiaan yang
dilakukan oleh Orang Tak Dikenal (OTK) yang terjadi pada Senin, 1 Agustus 2011
di Nafri,
Distrik Abepura, telah terjadi penyergapan, penembakan dan pembacokan yang
menyebabkan empat orang yang tidak bersalah menjadi korban tewas yang
diantaranya: tiga warga sipil bernama Wisman (30), Titin (32), Sardi (30) dan
seorang prajurit TNI Yonif 756/WMS Pratu Dominikus Daton Keraf. Dan delapan
warga sipil lainnya mengalami luka-luka (Siti Aminah, Sarmuji, Beno Bonay,
Budiono, Jamaludin, Ahmad Salun, Mustam, Suyono dan Yulianto). Di tempat peristiwa
ini ditemukan senjata api jenis laras panjang, senjata tajam seperti tombak kayu,
anak panah, parang, tulang Kasuari, dan Bendera Bintang Kejora, Linggis, dan
tujuh selongsongan senjata api ( Harian Cenderawasih Pos, 2 Agustus 2011).
Pada hari yang sama, Senin (1/8/11), sekitar pkl.
04.15 WIT terjadi dua peristiwa di tempat
yang berbeda yaitu: di wilayah Angkasapura, Kota Jayapura, terjadi pembacokan
terhadap
warga sipil bernama Sugiantoro (37) bersama anaknya dan juga ada upaya
pembakaran Gedung Universitas Negeri Cenderawasih sekitar pkl. 04.00 WIT tapi
upaya itu berhasil digagalkan pihak Kepolisian.
Pada 2 Agustus 2011, bersamaan hari Demonstrasi
Rakyat dan Bangsa Papua yang diorganisir oleh Komite Nasional Papua Barat
(KNPB) dalam rangka mendukung Konferensi KTT ILWP di Oxford, Inggris, terjadi
penikaman terhadap seorang mahasiswa dari Universitas Sains dan Teknlogi
Jayapura (USTJ). Pada media massa dilaporkan bahwa penikaman itu dilakukan oleh
massa KNPB, tetapi akhirnya dibantah oleh Mako Tabuni sebagai Koordinator Demo.
Di kampung Abe Pantai, pada tanggal 11 Agustus
2011, mobil yang dibawa oleh Jhon Yoku dan Ety Suebu ditembak oleh Orang Tak
Dikenal. Tembakan peluru mengenai bagian depan mobil dan lubang tembakan
sebanyak delapan titik.
Pada 12 Agustus 2011 di Kabupaten Tolikara terjadi
penembakan yang dilakukan oleh
BRIMOB terhadap warga sipil yang bernama Theo Yikwa (23) yang menyebabkan
korban
mengalami luka serius di bagian betis kaki bagian kiri dan hancur dan tembus ke
tulang
kering kaki kanan. Peristiwa penembakan ini terjadi pada saat masyarakat
Tolikara melakukan
demonstrasi untuk menuntut supaya Pemerintah secepatnya melaksanakan Pemilukada
Kabupaten Tolikara.
Pada 14 Agustus 2011, dua korban masing-masing,
Majack Ick (35) dan Abner Kambu (35)
ditemukan tewas karena ditikam oleh Orang Tak Dikenal (OTK). Pada hari yang
sama dan di
tempat yang sama sebelumnya seorang mahasiswa yang bernama Kelly Gomba ditikam
dan
melaporkan diri ke Pos Polisi Expo dan korban dibawa ke Rumah Sakit Umum
Abepura tapi
meninggal dunia karena mengeluarkan banyak darah.
Pada 16 Agustus 2011, ada peristiwa pengibaran
bendera Rakyat dan Bangsa Papua Barat,
Bintang Kejora, terjadi di perbukitan Tanah Hitam, tepatnya di RT 04/RW 03,
Kelurahan Asano,
Distrik Abepura, Kota Jayapura. Bendera Kebangsaan rakyat dan Bangsa Papua
Barat ini
diturunkan oleh aparat Kepolisian dan TNI.
Pada 16 Agustus 2011, seorang mahasiswa STAIN
semester 5 yang bernama Indra Wahyuni
dipanah di bagian punggung kanan hingga tembus pinggang sebelah kiri. Peristiwa
ini terjadi
pada saat Indra mau melaksanakan Sholat Subuh di salah satu Masjid di Tanah
Hitam,
Abepura. Menyikapi masalah ini, Forum Komunikasi Himpunan Masyarakat Nusantara
(KKHMN) mengeluarkan enam point pernyataan keras dan menyatakan: “Apabila
polisi
tidak dapat segera mengungkap modus kejadian-kejadian yang ada maka kami dari
komunitas kerukunan masyarakat dari seluruh Indonesia akan melakukan
langkah-langkah
pengamanan, pembelaan diri dan bila perlu melakukan perlawanan sampai titik darah
penghabisan kepada orang yang melakukan terror dan kejahatan kepada
masyarakatâ€
(Bintang Papua, Kamis, 18 Agustus 2011, hal.2).
Pada 17 Agustus 2011 di Metro TV, Nick Messet
tampil sebagai pembicara dengan menyatakan bahwa Konferensi KTT ILWP di Oxford,
Inggris, 2 Agustus 2011 yang dihadiri hanya 15 orang dari 200 orang yang
diundang dan tidak berhasil merumuskan rekomendasi-rekomendasi, Dr.John
Salford, Akademisi Inggris, penulis buku tentang hasil PEPERA 1969 tidak mendukung
referendum, dan terjadi pertengkaran mulut antar peserta. Ini bagian dari
provokasi publik yang luar biasa dan Nick Messet sendiri telah menjadi juru
bicara kekerasan dan kejahatan kemanusiaan terhadap saudara-saudara di Tanah
Papua.
Pada 18 Agustus 2011 terjadi penangkapan terhadap
Otto Mayor (22) di depan Pos Polisi Expo Waena pada saat membagikan Undangan
Pengumuman Hasil Konferensi KTT ILWP pada 2 Agustus di Oxford dan acara
dilaksanakan besok 20 Agustus 2011 di Taman Makam Theys Hiyo Eluay dan
peristiwa penembakan dan penangkapan Demi Asso (22), Nuga Logo (22), Sony
Kossay (21), Mono Hisage (21). Pemberitaan di Media Cepos, Pasific Post, Papua
Pos dan Bintang Papua bahwa pemuda yang ditangkap adalah perampok. Pemberitaan
ini tidak benar tapi
yang benar adalah pemuda ini ditembak dan ditangkap karena sedang membagi
undangan untuk acara tanggal 20 Agustus 2011 di Taman Makam Theys Hiyo Eluay.
Analisa
kritis dari deretan semua peristiwa kekerasan dan kejahatan kemanusiaan ini
adalah sebagai berikut...???
1. Pembunuhan yang terjadi di Nafri (01/08/11)
dengan tujuan untuk menyudutkan dan
mendiskreditkan TPN/OPM, dan juga menanamkan benih-benih kebencian dan
permusuhan
dari teman-teman non Papua supaya tidak ada semangat solidaritas antar
teman-teman non
Papua, orang asli Papua dan orang-orang Papua gunung. Dan tujuan lain dari
peristiwa ini untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa perjuangan
rakyat dan bangsa Papua adalah dengan kekerasan dan kejahatan kemanusiaan.
Tetapi, pertanyaannya ialah mengapa selama ini, TPN/OPM tidak pernah membunuh
penduduk Transmigran yang tinggal bertahun-tahun di dekat-dekat hutan? Walaupun
ada pembunuhan, tapi itu dilakukan oleh TPN/OPM yang dibina atau dipelihara
oleh Orang Tak Dikenal (OTK) selama ini.
2. Pembunuhan yang terjadi di Buper Waena
(14/08/11) yang korban tewas yaitu: Majack Ick, Abner Kambu adalah warga Sorong
dan Kelly Gombo adalah warga Wamena. Dari
peristiwa ini kita baca dalam media bahwa Kelly Gombo duluan ditikam dan
kematian Majack dan Abner adalah balas dendam dari keluarga Kelly Gombo. Tujuan
dari peristiwa ini adalah untuk menciptakan konflik antara warga Sorong dan
Wamena. Tetapi, Puji Tuhan, penduduk asli Papua dan lebih khusus warga dari
Sorong dan Wamena tidak mudah dibodohi dan diprovokasi.
3. Peristiwa pengibaran Bendera Bintang Kejora di
perbukitan Abe Gunung (16/08/11) adalah untuk melegitimasi dan memperkuat
penambahan pasukan TNI dan meningkatkan Operasi Militer di Tanah Papua untuk
mengejar, menangkap, membunuh dan memusnahkan Penduduk Asli Papua dengan dasar
bahwa TPN/OPM masih melakukan perlawanan dengan pengibaran bendera Bintang
Kejora.
4. Peristiwa penikaman dengan anak panah atas nama
Indra Wahyuni pada saat mau
melaksanakan Sholat Subuh di salah satu Mesjid di Tanah hitam adalah isu yang
sensitif dan
efektif yaitu isu SARA yang dipakai Orang Tak Dikenal (OTK) supaya warga Muslim
yang
melaksanakan Puasa marah dan melakukan perlawanan kepada orang asli Papua,
terutama orang-orang gunung karena alat yang digunakan adalah anak panah, panah
dan tombak yang identik dengan orang-orang gunung.
5. Peristiwa penangkapan atas Otto Mayor (22) di
depan Pos Polisi Expo Waena dan
penembakan, penangkapan Demi Asso (22), Nuga Logo (22), Sony Kossay (21), Mono
Hisage (21) dengan tuduhan para perampok adalah aparat keamanan Indonesia mau
menunjukkan
kepada masyarakat Papua, rakyat Indonesia dan
masyarakat Internasional bahwa perjuangan
Komite Nasional Papua Barat (KNPB) adalah perjuangan dengan pendekatan
kekerasan dan
kejahatan kemanusiaan.
6. Tujuan lain dari kekerasan dan kejahatan
kemanusiaan yang dibuat oleh Orang Tak Dikenal (OTK) ini adalah untuk
menggagalkan perjuangan Rakyat Papua untuk dialog damai antara Pemerintah
Indonesia dan Rakyat Papua yang dimediasi pihak ketiga yang netral.
Dari analisa
kritis ini, Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua menyatakan dan menyerukan:
1. Kami mengutuk keras atas kekerasan dan kejahatan
kemanusiaan yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok yang tidak bertanggungjawab dan tidak mempunyai hati nurani
dan
kemanusiaan yang mengorbankan nyawa rakyat sipil.
2. Semua kekerasan dan kejahatan kemanusiaan yang
terjadi di Tanah Papua selama ini adalah murni dilakukan oleh TPN/OPM yang
dibina dan dipelihara oleh pihak-pihak tangan ketiga yang dikenal dengan Orang
Tak Dikenal (OTK). Karena, orang asli Papua bukan Orang Tak Dikenal (OTK)
karena penduduk asli Papua pemilik Negeri dan Tanah ini dan mereka sudah
dikenal oleh alam, leluhur dan nenek moyang orang asli Papua, sehingga OTK
tentu bukan orang Papua??
3. Pihak aparat Kepolisian Republik Indonesia yang
bertugas di Tanah Papua diharapkan
jangan meng-kambinghitam-kan penduduk sipil Papua dan sudah saatnya harus
mengungkap
pihak ketiga yang membina dan memelihara TPN/OPM binaan.
4. Aparat keamanan TNI dari berbagai Kesatuan yang
Organik dan Non-Organik yang
bertugas di Tanah Papua diharapkan melaksanakan tugas secara professional dan
pendekatan
kemanusiaan. Karena, terbongkarnya dokumen Rahasia Kopassus dalam Media
Australia, The Age dan The Sydney Morning Herald, yang dilaporkan oleh wartawan
Tom Allard adalah bukti kekerasan dan kejahatan Negara terhadap kemanusiaan
yang dilakukan oleh aparat TNI di Tanah Papua selama ini.
5. Aparat keamanan TNI dan POLRI harus mengubah
paradigma dan juga harus berhenti
meng-kambinghitam-kan penduduk asli Papua karena kekerasan dan kejahatan aparat
keamanan TNI/POLRI selama ini sangat keterlaluan dan telah melewati batas-batas
kemanusiaan dan kewajaran.
6. Kepada seluruh penduduk orang asli Papua dan
non-Papua secara bersama-sama menjaga
dan membangun semangat solidaritas dan kebersamaan untuk melawan kekerasan dan
kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang tidak
bertanggungjawab di atas Tanah Papua. Mari kita menjadikan Papua sebagai Tanah
kita dan Rumah kita bersama dengan saling menghormati satu sama yang lain.
7. Kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini, Bapak
Presiden Republik Indonesia, Hj.Dr.
Bambang Susilo Yudoyono, diharapkan jangan terlalu banyak retorika politik
tentang masalah Papua tetapi segera menghentikan kekerasan dan kejahatan
kemanusiaan di Tanah Papua dengan diadakan dialog damai antara rakyat Papua dan
Pemerintah Indonesia.
8. Pemerintah Indonesia segera membuka akses untuk
diplomat asing, pekerja kemanusiaan
Internasional dan wartawan asing untuk masuk ke Tanah Papua untuk melihat dan
menilai secara langsung kemajuan dan pembangunan dalam Era Otonomi Khusus sejak
tahun 2001-2011
9. Pemerintah Amerika Serikat, Pemerintah Belanda
dan Negara-Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara moril bertanggungjawab
untuk mendesak Pemerintah Indonesia untuk diadakan dialog damai tanpa syarat
antara pemerintah Indonesia dan Rakyat Papua yang dimediasi pihak ketiga yang
netral.
10. Solidaritas masyarakat Internasional dari
Akademisi, Gereja-gereja dan Organisasi
Kemanusiaan segera mendesak Pemerintah Indonesia untuk membuka pintu dialog
damai tanpa syarat antara Pemerintah Indonesia dan rakyat Papua yang dimediasi
pihak ketiga yang netral.
Shalom dan
Terima kasih. Tuhan memberkati kita semua.
Port Numbay, Jayapura, 19 Agustus 2011
Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja
Baptis Papua,
Ketua Umum,
Socratez
Sofyan Yoman
================
Socratez Sofyan Yoman
Ketua Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan
Gereja-gereja Baptis Papua
Alamat: Jl. Jeruk Nipis Kotaraja, PO Box 1212
Telp. 62-967-583462
HP: 08124888458