JAYAPURA-Ketua
Umum Forum Cendekia Muslimah Peduli ICMI Sulawesi Selatan, Sutina Made, Minggu
(21/12) menilai PT Freeport Indonesia belum mensejahterakan rakyat Papua
khususnya Mimika padahal kandungan emas, tembaga dan perak yang dibawa ke
Amerika Serikat jauh lebih besar dari pembagian keuntungan yang diterima rakyat
Papua. Freeport sendiri sudah berada di Papua sejak April 1967 melalui kontrak
karya pertama dengan Pemerintah Indonesia dan Desember 1967 memulai eksplorasi
di Grasberg, sambung Sutina Made. Pada Konferensi Nasional Muslimah Nasional di
Makasar minggu lalu, Sutina membeberkan secara rinci kandungan emas kelolaan
Freeport dan kemiskinan rakyat Papua serta menawarkan solusi pengelolaan
kekayaan sumber daya alam demi kesejahteraan rakyat daerah itu. Data penduduk
setempat memperlihatkan, 47,99 persen keluarga Papua dihimpit kemiskinan,
sedangkan di Papua Barat proporsi penduduk miskin mencapai 36,85 persen yang
kalau dijumlahkan penduduk miskin di dua provinsi itu mencapai 45,43 persen.
Data juga mengungkapkan, produksi emas di Grasberg mencapai 86,2 juta ons, 32,2
juta tembaga dan 154,9 juta ons perak, namun ironisnya Papua tergolong provinsi
miskin dan mayoritas penduduk Mimika di mana Freeport beroperasi, hidup di
bawah garis kemiskinan. Pemerintah kehilangan triliunan rupiah setiap tahun,
padahal keuntungan bersih perusahaan itu pada 2002 mencapai Rp 1,27 triliun,
tahun 2003 naik menjadi Rp 1,62 triliun, berikutnya melonjak menjadi Rp 9,34
triliun. Sutina mengungkapkan, AS menguasai 81,2 saham PT Freeport Indonesia,
sedangkan pemerintah Indonesia hanya 9,4 persen dan walaupun kontrak Freeport
habis pada 1997, kontrak karya diperbarui di mana Freeport mendapat lisensi
baru selama 30 tahun berikutnya, ditambah opsi dua kali 10 tahun sehingga
perusahaan itu berhak berada di Tembagapura hingga 2041. "Para intelektual
Indonesia khususnya cendekiawan Papua harus memberi solusi bagaimana sumber
daya alam Papua dikelola secara adil," katanya. Indonesia, telah memberi
keuntungan lebih besar kepada pihak asing ketimbang rakyat Papua, khususnya
warga yang bermukim di sekitar tambang. Kini giliran intelektual Papua
mengoptimalkan kemampuannya dalam menyelamatkan sumber daya alam Papua lewat
promosi strategi managemen sumber daya alam yang lebih baik khususnya di areal
tambang Freeport, dengan cara membangun sinergi antara pemerintah, perguruan
tinggi dan masyarakat. "Dengan cara itu, sumber daya alam akan dimasukkan
dalam kategori kepemilikan publik yang pengelolaannya diserahkan pada Negara
dan hasilnya dikembalikan sebesar-besarnya kepada rakyat," ungkap Sutina Made,(
kompas.com)
Freeport Belum Sejahterakan Papua...!!!
Penulis : Unknown on Kamis, 02 Agustus 2012 | 23.16
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Label:
Ekonomi,
Headline,
Kliping Papua
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar